LAPORAN LENGKAP
Nama
: Nur Indasari
Stambuk : 124856
Kelas : III A
Kelompok : A2. 1
Tanggal
mulai : 28 Oktober 2014
Tanggal
selesai : 28 Oktober 2014
Judul penetapan : Penentuan kadar air dalam sampel (cara Xylol)
Tujuan penetapan : Untuk menentukan kadar air dalam suatu sampel dengan
metode Xylol
Dasar prinsip : Metode penyulingan dengan pelarut yang tidak
dapat dicampur, atau lebih dikenal dengan metode Xylol (ksilena). Sampel yang
mengandung air akan menguap. Pada metode tersebut menggunakan alat “aufhauser”
atau alat penerima bitwell atau stirling,dilengkapi dengan labu dan pendingin liebigKsilena mempunyai titik didih lebih besar
dari pada air sehingga bila dipanaskan air yang lebih dahulu menguap.
Landasan
teori :
Penentuan Kadar Air
- Pengertian Air dan Sifat –
Sifat Air
Air
adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O:
satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat
secara kovalen pada satu atomoksigen.
Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15
K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang
penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya,
seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak
macam molekul organik.
Molekul
air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya arus listrik.
Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi
dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion
hidrokida (OH-). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain
terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta
mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan OH- mengalami
netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan
yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut.
Air
adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang
bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut
sebagai zat-zat “hidrofilik” (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah
tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat
“hidrofobik” (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat
tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya
intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak
mampu menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat
tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air.
Air
menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air memiliki
sejumlah muatan parsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat pasangan
elektron yang (hampir) tidak digunakan bersama, dan sejumlah muatan parsial
positif (σ+) dekat atom oksigen. Dalam air hal ini terjadi karena atom oksigen
bersifat lebih elektronegatif dibandingkan atom hidrogen yang berarti, ia (atom
oksigen) memiliki lebih “kekuatan tarik” pada elektron-elektron yang dimiliki
bersama dalam molekul, menarik elektron-elektron lebih dekat ke arahnya (juga
berarti menarik muatan negatif elektron-elektron tersebut) dan membuat daerah
di sekitar atom oksigen bermuatan lebih negatif ketimbang daerah-daerah di
sekitar kedua atom hidrogen.Air memiliki pula sifat adhesi yang tinggi
disebabkan oleh sifat alami kepolarannya.
Air
memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh kuatnya sifat
kohesi antar molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati saat sejumlah kecil air
ditempatkan dalam sebuah permukaan yang tak dapat terbasahi atau terlarutkan
(non-soluble); air tersebut akan berkumpul sebagai sebuah tetesan. Di atas
sebuah permukaan gelas yang amat bersih atau bepermukaan amat halus air dapat
membentuk suatu lapisan tipis (thin film) karena gaya tarik molekular antara
gelas dan molekul air (gaya adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi antar
molekul air.
Dalam
sel-sel biologi dan organel-organel, air bersentuhan dengan membran dan
permukaan protein yang bersifat hidrofilik; yaitu, permukaan-permukaan yang
memiliki ketertarikan kuat terhadap air.
- Bentuk dan Tipe Air dalam Suatu
Bahan
Air
yang terdapat dalam suatu bahan makanan terdapat dalam tiga bentuk:
- Air bebas,
terdapat dalam ruang-ruang antarsel dan intergranular dan pori-pori
yang terdapat pada bahan.
- Air yang
terikat secara lemah karena terserap (teradsorbsi) pada permukaan koloid
makromolekulaer seperti protein, pektin pati, sellulosa. Selain itu air
juga terdispersi di antara kolloid tersebut dan merupakan pelerut zat-zat
yang ada di dalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai
sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada proses pembekuan. Ikatan
antara air dengan kolloid tersebut merupakan ikatan hidrogen.
- Air yang
dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk hidrat. Ikatannya
berifat ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini
tidak membeku meskipun pada suhu 0o F.
Kandungan
air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan bahan itu
sendiri. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi
dalam media air yang ditambahkan atau berasal dari bahan itu sendiri.
Menurut derajat keterikatan air dalam bahan makanan atau bound water dibagi
menjadi 4 tipe, antara lain :
- Tipe I
adalah tipe molekul air yang terikat pada molekul-molekul air melalui
suatu ikatan hydrogen yang berenergi besar. Molekul air membentuk
hidrat dengan molekul-molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N
seperti karbohidrat, protein atau garam.
- Tipe II
adalah tipe molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen dengan molekul
air lain, terdapat dalam miro kapiler dan sifatnya agak berbeda dari air
murni.
- Tipe III
adalah tipe air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan
seperti membran, kapiler, serat dan lain-lain. Air tipe inisering
disebut dengan air bebas.
- Tipe IV
adalah tipe air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air
murni, dengan sifat-sifat air biasa. (F.G. Winarno, 1999 : 3 – 14)
- Kadar Air Dalam Bahan Makanan
Kadar
air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan
pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan
mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air bahan
ini disebut dengan kadar air seimbang. Setiap kelembaban relatif tertentu dapat
menghasilkan kadar air seimbang tertentu pula. Dengan demikian dapat dibuat
hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif.
Aktivitas
air dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Aw
= ERH/100
Aw
= aktivitas air
ERH
= kelembaban relatif seimbang
Bila
diketahui kurva hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif
pada hakikatnya dapat menggambarkan pula hubungan antara kadar air dan
aktivitas air. Kurva ini sering disebut kurva Isoterm Sorpsi Lembab (ISL).
Setiap bahan mempunyai ISL yang berbeda dengan bahan lainnya. Pada kurva
tersebut dapat diketahui bahwa kadar air yang sama belum tentu memberikan Aw
yang sama tergantung macam bahannya. Pada kadar air yang tinggi belum tentu
memberikan Aw yang tinggi bila bahannya berbeda. Hal ini dikarenakan mungkin
bahan yang satu disusun oleh bahan yang dapat mebgikat air sehingga air bebas
relatif menjadi lebih kecil dan akibatnya bahan jenis ini mempunyai Aw yang
rendah.
- Metode yang digunakan dalam
penetapan kadar air
a) Metode Oven
Prinsipnya
menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang
bahan sampai berat konstan berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif
mudah dan murah. Kelemahannya antara lain:
- Bahan lain
di samping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap
misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri, dan lain-lain.
- Dapat
terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah
menguap lain. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak
mengalami oksidasi dan sebagainya.
- Bahan yang
mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan
airnya meskipun sudah dipanaskan.
b) Metode Destilasi
Metode
destilasi adalah suatu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air suatu
bahan pangan yang mudah menguap, memiliki kandungan air tinggi, dan bahan yang
mudah teroksidasi. Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang memiliki
ciri-ciri di atas agar pengeringan yang dilakukan tidak menghilangkan kadar air
seluruhnya.
Destilasi dilakukan melalui tiga tahap, yakni evaporasi yaitu memindahkan pelarut sebagai uap air dari cairan pemisahan uap cairan di dalam klom, untuk memisahkan komponen dengan titik didih lebih rendah yang lebih volatil dari komponen lain yang kurang volatil dan kondensasi dari uap cairan untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih volatil (Guenther 1987).
Metode destilasi ini diguanakan suatu pelarut yang immiscible yaitu pelarut yang tidak dapat saling bercampur dengan air dan diisuling bersama-sama dari contoh yang telah ditimbang dengan teliti. Pelarut tersebut memiliki titik didih sedikit di atas titik didih air. Pelarut yang biasa digunakan adalah toluene, xylene, dan campuran pelarut-pelarut ini dengan pelarut lain. Metode ini sering digunakan pada produik-produk bahan pangan yang mengadung sedikit air atau mengandung senyawa volatil, diantaranya adalah keju biru, kopi dan bahan volatil seperti rempah-rempah yang banyak mengandung minyak volatil.
Xylene
Xylene
merupakan bahan kimia yang memiliki rumus C6H4(CH3)2. Nama lain dari xylene
antara lain xylol, dan dimetilbenzene. Xylene memiliki berat molekul 106,17
gram/mol dengan komposisi karbon (C) sebesar 90,5% dan hidrogen (H) 9,5%.
Xylene memiliki tiga isomer yaitu ortho-xylene, meta-xylene dan para-xylene.
Xylene
merupakan cairan tidak berwarna yang diproduksi dari minyak bumi atau aspal
cair dan sering digunakan sebagai pelarut dalam industri (G.A.Jacobson dan S.
McLean, 2003). Xylene pada aspal cair pertama kali ditemukan pada pertengahan
abad ke 19. Nama dari xylene berasal dari bahasa latin ”wood xulon” karena
xylene dapat diperoleh dari hasil destilasi kayu tanpa kehadiran oksigen
(Richard L. Myers, 2007).
Xylene
merupakan hidrokarbon aromatik yang secara luas digunakan dalam industri dan
teknologi medis sebagai pelarut (Langman JM, 1994.). Xylene dapat digunakan
sebagai bahan kimia dasar di industri. Xylene dapat teroksidasi dimana gugus
methyl berubah menjadi gugus karboksilat. Ortho-xylene akan membentuk phthalic
acid sedangkan para-xylene akan membentuk terephthalic acid. Terephthalic acid
merupakan salah satu bahan dalam pembuatan polyesters. Terephthalic acid dapat
bereaksi dengan ethylene glycol membentuk ester polyethylene terephthalate
(PET). Bahan PET meerupakan bahan plastik yang digunakan sebagai wadah makanan.
Perkiraan penggunaan xylene diseluruh dunia mencapai 30 juta ton pertahun
(Richard L. Myers, 2007).
Beberapa
lembaga internasional telah menentukan nilai ukuran toksisitas untuk xylene.
ACGIH menentukan nilai 100 ppm selama 8 jam untuk batas TWA dan 150 ppm selama
15 menit untuk STEL. Tidak jauh berbeda, NIOSH menetapkan angka yang sama untuk
TWA yaitu 100 ppm atau sekitar 435 mg/m3 dan 150 ppm atau sekitar 655 mg/m3
untuk STEL. OSHA menetapkan hal senada untuk TWA yaitu 100 ppm atau sekitar 435
mg/m3.Kementrian tenaga kerja menetapkan nilai ambang batas sebesar 434 mg/m³
selama 8 jam. Nilai ambang batas (NAB) merupakan konsentrasi dari zat, uap,
atau gas dalam udara yang dapat dihirup selama 8 jam per hari selama 5
hari/minggu, tanpa menimbulkan gangguan kesehatan yang berarti (Soemanto
Imamkhasani, 1990).
Xylene
dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa jalur, seperti oral,
inhalasi maupun dermal.
Pemaparan
melalui oral merupakan hal yang jarang terjadi untuk kasus bahan xylene.
Pemaparan via oral untuk kasus xylene lebih dikarenakan kurang higienis para
pekerja setelah menggunakan atau setelah terpapar xylene, seperti makan tanpa
cuci tangan. Pemaparan via oral ini dapat langsung masuk ke dalam saluran
pencernaan dan kemudian mengiritasinya. Namun sebagian besar akan bergerak
menuju hati untuk dimetabolisis dan diekresikan.
Pemaparan
melalui inhalasi cukup sering terjadi, hal ini dikarenakan xylene memiliki
karakteristik mudah menguap dan uap xylene dapat terabsorbsi dengan cepat
melalui paru-paru (G.A.Jacobson dan S. McLean, 2003). Pemaparan via inhalasi
ini akan mengiritasi saluran pernafasan. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya pada dosis akut, xylene akan mengiritasi hidung, tenggorokan hingga
paru-paru.
Pemaparan melalui dermal menyebabkan kulit mengalami kerusakan berupa larutnya lemak oleh xylene. Hal tersebut dikarenakan karakteristik dari xylene yang mudah larut dalam lemak. Pemaparan xylene via dermal tidak sebanyak pemaparan via inhalasi hal tersebut dikarenakan xylene cair dan uap terabsorbsi lambat melalui kulit (G.A.Jacobson dan S. McLean, 2003). Xylene yang terabsorbsi kemudian diangkut oleh darah menuju hati untuk dimetabolisis dan diekresikan.
Pemaparan melalui dermal menyebabkan kulit mengalami kerusakan berupa larutnya lemak oleh xylene. Hal tersebut dikarenakan karakteristik dari xylene yang mudah larut dalam lemak. Pemaparan xylene via dermal tidak sebanyak pemaparan via inhalasi hal tersebut dikarenakan xylene cair dan uap terabsorbsi lambat melalui kulit (G.A.Jacobson dan S. McLean, 2003). Xylene yang terabsorbsi kemudian diangkut oleh darah menuju hati untuk dimetabolisis dan diekresikan.
Perjalanan
xylene dalam tubuh manusia bergantung pada jalur masuk xylene, seperti yang
telah dijelaskan pada mode of exposure. Tujuan akhir pengangkutan xylene berada
di hati. Selama di hati xylene mengalami proses metabolisis dimana xylene yang
terabsorbsi ke dalam tubuh, 95% dimetabolisme dalam hati menjadi methylhippuric
acid (MHA) dan 70-80% hasil metabolisme dieksresikan melalui urin dalam jangka
waktu 24 jam (G.A.Jacobson dan S. McLean, 2003).
Hasil
metabolisme dalam tubuh sebagai indikator paparan xylene yang direkomendasikan
oleh American Cenference of Governmental Industrial Hygiensts (ACGIH) disebut
biological exposure index (BEI) sebesar 2,0 gram MHA/L urin (Langman JM, 1994).
Alat
dan bahan :
Alat :
o
Labu didih
o
Oven pengering
o
Masker
o
Pipet volume 25 mL
o
Alat aufhauser
o
Hot plate
o
Gelas piala 100 mL
o
Pengaduk
o
Batu didih
o
Eksikator
o
Neraca analitik digital
Bahan :
o
Sampel minyak goreng
o
Aquades
o
Larutan Xylol
Prosedur
kerja :
1)
Ditimbang ± 5 gram sampel dalam botol timbang 100 mL.
2)
Dilarutkan dengan pelarut Xylol.
3)
Dimasukkan kedalam labu didih.
4)
Diblas botol timbang dengan pelarut Xylol hingga
bersih.
5)
Ditambahkan Xylol sampai setengah dari isi labu
didih dan dimasukkan batu didih, lalu
disambungkan dengan alat aufhauser.
6)
Disuling diatas hot plate selama ± 1 jam.
7)
Setelah cukup 1 jam hot plate dimatikan dan alat
aufhauser dibiarkan dingin.
8)
Alat pendingin dibilas dengan ksilena murni, lalu
diangkat alat aufhauser beserta labunya.
9)
Setelah dingin betul, air yang melekat dibagian atas
alat aufhauser diturunkan kebawah dengan dikilik bulu ayam.
10)
Kemudian dibaca jumlah air.
Hasil
pengamatan :
- Berat
sampel (minyak goreng) = 15,0009 gram
- Volume
air yang dibaca = 0,1 mL
- Bj
air = 1 g/mL
- Warna
larutan setelah ditambahkan Xylol : Kuning muda
- Warna
larutan setelah dipanaskan (1 jam) : Kuning muda
Perhitungan :
Kadar air = (v. Air yang dibaca x bj Air / Bobot
Sampel ) x 100 %
= (0,1 ml x 1 g/ml / 15,0009 gram ) x 100 %
= (0,1 / 15,0009 ) x 100 %
= 6,67 x 10^-3 x 100 %
= 0,67 %
Kesimpulan : Dari hasil percobaan yang dilakukan diatas,
dapat disimpulkan bahwa kadar air dalam minyak goreng cara xylol adalah 0,67 %.
Daftar pustaka :
Makassar, November 2014
Guru
Pembimbing, Praktikan,
( ) ( )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar