Laporan Lengkap
Nama : Nur Indasari
NIS : 124856
Kelas : III – A
Kelompok : A2. 1
Tanggal Praktikum : 27
Januari 2015
Judul Penetapan : Uji pH pada pupuk
Tujuan
Penetapan : Untuk menentukan pH (derajat keasaman)
yang terdapat pada pupuk TSP, pupuk urea dan pupuk ZA.
Dasar
Prinsip : Untuk menentukan pH larutan pupuk
dengan menggunakan indikator universal. Pada penggunaaan indikator universal
harus diperhatikan batas – batas pH yang dapat dibedakan.
Landasan Teori :
A.
ph
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang
dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien
aktivitas ion hidrogen
tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada
perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional.[1]
Konsep pH pertama kali diperkenalkan
oleh kimiawan Denmark Søren Peder Lauritz Sørensen pada tahun 1909.
Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada
"pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk powerp[2](pangkat),
yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat)[3],
dan ada pula yang merujuk pada katapotential. Jens
Norby mempublikasikan
sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti
"logaritma negatif"[4].
Air
murni bersifat netral,
dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH
kurang daripada tujuh disebut bersifat asam,
dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang
yang terkait dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan),
dan oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains
dan teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah.
B. PUPUK
Pupuk adalah material yang
ditambahkan pada media
tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik.[1] Material
pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk
berbeda dari suplemen.
Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, sementara suplemen sepertihormon tumbuhan membantu kelancaran proses
metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat
ditambahkan sejumlah material suplemen.
Dalam pemberian pupuk perlu
diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu
banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat
berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan
ke daun.
Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos.
Macam-macam pupuk
Dalam praktik sehari-hari, pupuk
biasa dikelompok-kelompokkan untuk kemudahan pembahasan. Pembagian itu
berdasarkan sumber bahan pembuatannya, bentuk fisiknya, atau berdasarkan kandungannya.
a. Pupuk
berdasarkan sumber bahan
Dilihat dari sumber pembuatannya,
terdapat dua kelompok besar pupuk: (1) pupuk organik atau
pupuk alami (misal pupuk kandang dan kompos) dan
(2) pupuk kimia atau
pupuk buatan. Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa
metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk kimia dibuat melalui
proses pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. Pupuk kimia biasanya
lebih "murni" daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang
dapat dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari
sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena
membantu pengikatan air secara efektif.
b. Pupuk
berdasarkan bentuk fisik
Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk
dibedakan menjadi pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk padat diperdagangkan dalam
bentuk onggokan, remahan, butiran, atau kristal. Pupuk cair diperdagangkan
dalam bentuk konsentrat atau cairan. Pupuk padatan biasanya diaplikan ke
tanah/media tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh
tanaman.
c. Pupuk
berdasarkan kandungannya
Terdapat dua kelompok pupuk
berdasarkan kandungan: pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal
mengandung hanya satu unsur, sedangkan pupuk majemuk paling tidak mengandung
dua unsur yang diperlukan. Terdapat pula pengelompokan yang disebut pupuk
mikro, karena mengandung hara mikro (micronutrients).
Beberapa merk pupuk majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur
tumbuh atau zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang
diberikan.
C. PUPUK TSP
Pupuk TSP adalah nutrient anorganik yang
digunakan untuk memperbaiki hara tanah untuk pertanian. TSP artinya triple
super phosphate. Rumus kimianya Ca(H2PO4). Kadar P2O5 pupuk ini sekitar 44-46%,
namun di lapangan bisa mencapai 56 %. TSP dibuat dengan sistem proses.
Pada pembuatannya, batuan alam (rockphosphate) fluor apatit diasamkam dengan
asam fosfat hasil proses sebelumnya. Reaksi dasarnya sebagai berikut[1]:
Ca3(PO4)2CaF + H3PO4 --> Ca(H2PO4)2 + Ca(OH)2 + HF
D. PUPUK UREA
Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari
unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau
(NH2)2CO.
Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang
terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai
adalah carbamide resin, isourea, carbonyl
diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa
organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik, yang akhirnya
meruntuhkan konsepvitalisme.
E. PUPUK ZA
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi
tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah singkatan dari
istilah bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak, yang
berarti amonium sulfat (NH4SO4).
Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah.
Pupuk ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk
urea. Karena ion sulfat sangat mudah larut dalam air sedangkan ion amonium lebih lemah,
pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya sehingga
hanya cocok digunakan padatanah
alkalin. Dibandingkan pupuk lain (misal amonium
nitrat), pupuk ini mengandung lebih sedikit kadar nitrogen sehingga
mampu meningkatkan biaya pemupukan per massa nitrogen yang diberikan pada usaha
pertanian.[1]
Pupuk ini bersama dengan pupuk berbahan dasar amonia
lainnya telah dilarang penggunaannya di Pakistan dan Afghanistan karena mampu
digunakan sebagai bahan pembuat bahan peledak.[2]
Alat dan bahan :
Alat :
1. Tabung Reaksi
2. Spatula
3. Labu Semprot
Bahan:
1. Pupuk TSP
2. Pupuk Urea
3. Pupuk ZA
4. Air (aquades)
Cara Kerja :
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
2.
Contoh dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
3.
Dilarutkan dengan air dengan
perbandingan contoh dan air ( 1:10 ). pH larutan atau suspensi di periksa
dengan kertas pH atau pH meter.
Hasil Pengamatan :
·
pH pada sampel pupuk ZA = 7
·
pH pada sampel pupuk TSP = 11
·
pH pada sampel pupuk Urea = 7
Kesimpulan :
Dari hasil pengamatan dapat
disimpulkan bahwa pH pada sampel pupuk ZA dan Urea adalah 7, sedangkan pH pada
sampel pupuk TSP adalah 11.
Daftar Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar