Selasa, 04 November 2014

Penetapan Bilangan Penyabunan

LAPORAN LENGKAP

Nama                                                 :           Nur Indasari
Stambuk                                            :           124856
Kelas                                                  :           III A
Kelompok                                           :           A2. 1
Tanggal mulai                                    :           16 september 2014
Tanggal selesai                                  :           16 september 2014
Judul penetapan                                 :           Penetapan bilangan penyabunan
Tujuan penetapan                           :           Untuk menentukan angka penyabunan dari lemak atau minyak.
Dasar prinsip                                    :           Contoh minyak kelapa disabunkan dengan KOH-Alkohol         berlebih. Kelebihan KOH dititar dengan HCl menggunakan   Indikator PP.
Reaksi                                                    :          
R(COO)3C3H5 + 3KOH                3RCOOK + C3H(OH)3
Landasan teori                                 :

Bilangan Saponifikasi (Angka Penyabunan)

Lipid adalah biomolekul organik yang itdak larut dalam air (hidrofobik). Fungsi lipid di dalam tubuh yaitu sebagi sumber energi, sumber bahan baku basa-basa purin dan pirimidin penyusun asam nukleat, biosintesis asan amino tertentu dan sebagainya. Lipid bisa berada dalam keadaan bebas maupun berikatan dengan makromelekul lain. Lipid yang berikatan dengan protein dissebut lipoprotein. Klasifikasi dari lipid yang umum yaitu: triasigliserol, lilin, fosfoglserida (fosfatidiletanolamin, fosfatidilkolin, fosfatidilserin, fosfatidilinositol, dan kardiolipin), spingolipida ( gangliosida, srebrosida, spingomielen), sterol dan ester asam lemak lainnya.
Lipid tidak larut dalam air yang dapat diekstrak dari sel atau jaringan tumbuhan dan hewan dengan menggunakan pelarut nonpolar seperti klorofom dan eter. Lipid terdapat di dalam semua bagian tubuh manusia terutama dalam otak, memiliki peranan penting dalam proses penting dalam metabolisme secara umum.

Beberapa kelas lipid antara lain lemak dan minyak, terpena, steroid, dan beberapa senyawa penting lainnya. Lemak dan minyak merupakan suatu trigliserida. Pada suhu kamar lemak berwujud padatan dan minyak berupa cairan. Sebagian besar gliserida pada hewan berupa lemak dan pada tumbuhan cenderung berupa minyak. Analisa lemak dan minyak yang umum dilakukan pada bahan makanan dapat digolongkan menjadi beberapa yaitu penentuan kuntitatif atau penentuan kadar lemak atau minyak yang terdapat pada bahan pertanian dan olahanya, penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan proses ekstraksinya, penentuan tingkat kemurnian minyak ini sangat berhubungan erat dengan kekuatan daya simpannya, sifat gorengnya, bau maupun rasanya. Tolak ukur kualitasnya ini termasuk angka asam lemak bebas (Free Fatty Acid atau FFA), bilangan peroksida, tingkat ketengikan, kadar air dan angka penyabunan.

Minyak dan lemak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Tetapi minyak dan lemak juga sering ditambahkan secara sengaja ke dalam bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam Pengolahan bahan pangan minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas yang memiliki titik didih tinggi (sekitar 2000C) maka biasanya dipergunakan untuk menggoreng makanan, sehingga bahan yang digoreng akan kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya dan bahan menjadi kering.

Jenis dan jumlah asam lemak penyusun suatu minyak atau lemak menentukan karakteristik fisik dan kimiawi minyak atau lemak. Disebut minyak apabila trigliserida tersebut berbentuk cair pada suhu kamar dan disebut lemak apabila berbentuk padat pada suhu kamar. Asam lemak berdasarkan sifat ikatan kimianya menjadi 2:

  1. Asam lemak jenuh
  2. Asam lemak tidak jenuh

Sebagai zat gizi, lemak atau minyak semakin baik kualitasnya jika banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dan sebaliknya. Minyak atau lemak bersifat non polar sehingga tidak larut dalam pelarut polar seperti air dan larutan asam, tetapi larut dalam pelarut organik yang bersifat non polar seperti n-Hexane, Benzene, Chloroform, dll.
Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida adalah dengan menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya semua bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya. Karena polaritas lipida berbeda-beda maka tidak ada bahan pelarut umum (universal) untuk semua acam lipida.

Hidrolisis lemak netral dalam air sangat lambat , tetapi dapat dipercepat dengan meningkatkan konsentrasi H+ atau OH-. Hidrolisis lemak netral oleh basa kuat seperti KOH dan NaOH disebut penyabunan, ion-ion karboksilat yang terbentuk dengan adanya kation akan menjadi sabun. Banyaknya miligram KOH yang dipakai untuk menyabunkan 1 gram lemak secara sempurna disebut angka penyabunan. Angka penyabunan dapat digunakan untuk menentukan berat moekul dari suatu lemak atau minyak. Kandungan asam lemak yang tinggi dapat berpengaruh terhadap rendahnya angka penyabunan.

Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Istilah saponifikasi dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata “sapo” dalam bahasa Latin yang artinya soap / sabun. Pengertian Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin.

Penentuan angka penyabunan berbeda dengan penentuan kadar lemak, sampel yang dipergunakan untuk penentuan angka penyabunan adalah margarine. Penentuan bilangan penyabunan ini dapat dipergunakan untuk mengetahui sifat minyak dan lemak. Pengujian sifat ini dipergunakan untuk membedakan lemak yang satu dengan yang lainnya. Selain untuk mengetahui sifat fisik lemak atau minyak, angka penyabunan juga dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar.

Apabila sampel yang akan diuji disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang tertinggal tersebut kemudian ditentukan dengan titrasi dengan menggunakan asam, sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui. Pelarut yang dipergunakan untuk melarutkan KOH adalah Alkohol, penambahan alkohol dimaksudkan untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisis agar dapat membantu mempermudah reaksi dengan basa dalam pembentukan sabun. Kesalahan yang timbul pada saat titrasi adalah penentuan titik akhir, kesalahan ini disebabkan karena perubahan warna yang seharusnya yerjadi adalah dari coklat pekat, kemudian kuning, lalu berubah menjadi putih pucat. Perubahan warna dari kuning ke putih tersebut tidak terlalu kontras dan menyebabkan titik akhir sulit ditentukan. Untuk mengetahui hasil pengujian tersebut benar atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan titrasi blanko.

 Penetuan angka penyabunan dilakukan untuk menentukan berat molekul dari suatu lemak atau minyak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat molekul yang relatif kecil mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan relatif kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak.

Bilangan Penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan bobot molekul minyak/lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon pendek, akan mempunyai bobot molekul (Mr) kecil, sedangkan minyak dengan rantai karbon panjang akan mempunyai bobot molekul yang lebih besar .
Minyak/lemak yang mempunyai bobot molekul kecil akan mempunyai bilangan penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan bobot molekul besar akan mempunyai bilangan penyabunan yang relatif kecil.

Bilangan Penyabunan (Safonifikasi) adalah banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk mempersabunkan satu gram minyak/lemak

Minyak Goreng
Minyak goreng berasal dari bahan baku seperti kelapa, kelapa sawit, jagung, kedelai, biji bunga matahari dan lain-lain. Kandungan utama dari minyak goreng secara umum adalah asam lemak yang terdiri dari asam lemak jenuh (saturated fatty acids) misalnya asam plamitat, asam stearat dan asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids) misalnya asam oleat (Omega 9) dan asam linoleat (Omega 6). Asam lemak tak jenuh ini yang memiliki ikatan karbon rangkap, yang mudah terurai dan bereaksi dengan senyawa lain, sampai mendapatkan komposisi yang stabil berupa asam lemak jenuh. Komposisi dan kandungan bermacam-macam asam lemak ini yang sangat menentukan mutu dari minyak goreng.
Penyebab perubahan atau kerusakan minyak goreng terutama minyak nabati, baik secara fisik atau kimia, salah satunya karena proses oksidasi. Minyak dengan kandungan asam lemak tak jenuh ini dapat teroksidasi secara spontan oleh udara dalam suhu kamar. Oksidasi spontan ini secara langsung akan menurunkan tingkat kejenuhan minyak, dan menyebabkan minyak menjadi tengik. Peristiwa ketengikan (rancidity) lebih dipercepat apabila ada logam (tembaga, seng, timah) dan terdapat panas (cahaya penerangan). Oleh karena itu kerusakan minyak goreng bisa terjadi karena kondisi penyimpanan yang kurang baik dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu sebaiknya disimpan dalam tempat tertutup dan tidak langsung terkena cahaya matahari. Jika minyak goreng berbau tengik sebaiknya tidak digunakan, karena telah rusak.
Dengan proses penggorengan yang bersuhu tinggi, ikatan rangkap pada asam lemak tak jenuh akan terurai menjadi jenuh. Pada saat pemanasan akan terjadi proses degradasi, oksidasi dan dehidrasi dari minyak goreng. Penggunaan yang berkali-kali dapat menyebabkan ikatan rangkap teroksidasi membentuk gugus peroksida dan monomer siklik. Dengan proses pada suhu tinggi tersebut juga menyebabkan reaksi dekomposisi karena panas dan terbentuk akrolein, senyawa yang bersifat racun. Jadi proses pemanasan pada minyak goreng akan dapat membentuk radikal bebas dan senyawa toksik yang bersifat racun.
Oleh karena itu, sebaiknya memang minyak goreng tidak digunakan berulangkali. Apalagi jika berubah warna kehitaman, sebaiknya langsung dibuang meskipun baru dipakai sekali. Sebagai contoh, ketika menggoreng ikan, maka untuk sekali pakai minyak sudah berubah warna menjadi kecoklatan atau kehitaman. Ini harus langsung dibuang saja.
Sangat penting untuk menyesuaikan jumlah minyak goreng dengan bahan makanan yang hendak digoreng, sehingga tidak perlu ada minyak ‘jelantah’ atau minyak bekas yang jumlahnya berlebihan sehingga dibuang-pun tidak masalah. Selain itu juga perhatikan urutan menggoreng bahan yang rasanya sama terlebih dahulu. Misalnya setelah menggoreng tahu, tempe, baru terakhir menggoreng ikan.
Warna minyak goreng secara alamiah adalah kekuningan, karena bahan yang terkandung dalam minyak dan ikut terekstrak bersama minyak. Zat warna tersebut antara lain α dan β karoten yang berwarna kuning dan xantofil yang berwarna kuning kecoklatan. Sedangkan warna gelap, berasal dari degradasi zat warna alamiah atau oksidasi vitamin E (tokoferol) dan bahan untuk membuat minyak yang telah rusak yang dapat terikut dalam produk minyak goreng. Jadi minyak goreng yang berwarna tidak gelap adalah lebih bagus. Selain itu ada beberapa catatan kecil tentang minyak goreng ini. Biasanya dalam iklan ada keunggulan yang ditawarkan oleh berbagai iklan minyak goreng, namun dalam hal ini ada yang perlu dikritisi.
a.    Mengandung Omega 3 dan Omega 9
Secara alami jika minyak goreng berasal dari minyak kelapa atau sawit, tidak ada yang mengandung Omega 3, karena Omega 3 kebanyakan berasal dari sumber hewani. Jika senyawa ini ditambahkan dalam proses pembuatan minyak goreng, tidak ada manfaatnya bagi tubuh karena toh setiap hari minyak goreng yang dikonsumsi sedikit. Sedangkan Omega 9 itu adalah asam oleat, yang merupakan komponen terbanyak minyak kelapa sawit (sekitar 38,2 - 43,6%). Jadi ya memang minyak goreng itu komposisinya didominasi asam oleat atau Omega 9.
b.    Non Kolesterol
Minyak goreng secara umum berasal dari bahan nabati, lemak yang terkandung dalam bahan nabati ini dinamakan fitosterol. Jadi ya memang minyak nabati tidak mengandung kolesterol. Kolesterol adalah lemak dari bahan hewani. Tanpa pencantuman non kolesterol-pun semua minyak nabati ya memang non kolesterol, jadi sebenarnya bukanlah suatu keunggulan. Sebenarnya minyak yang terkonsumsi di dalam makanan hanya sedikit jumlahnya. Oleh karena itu, yang menyebabkan gemuk, sebenarnya jumlah makanan yang dikonsumsi, bukan karena minyak gorengnya?
c.    Mengandung Vitamin
Minyak goreng memang mengandung vitamin, A, D, dan E. Namun, karena minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan maka vitamin yang ada dalam minyak akan rusak karena suhu tinggi dalam proses penggorengan.
d.    Penyaringan Dua Kali
Pada proses pembuatan minyak goreng dari kelapa sawit, diperoleh dua fase yang berbeda, yaitu fase padat (stearin/asam stearat) dan fase cair (olein/asam oleat). Stearin mudah membeku pada suhu kamar dan dipakai untuk campuran pembuatan margarine dan minyak padat. Penyaringan dua kali merupakan istilah untuk menjelaskan pemisahan minyak fase padat dan fase cair. Jika hanya dilakukan satu kali penyaringan, terkadang masih terikut minyak yang membeku. Sementara untuk minyak yang disaring dua kali tidak akan membeku.

Alat dan bahan                                :
   Alat              :                                               
o   Neraca analitik digital                    
o   Pipet tetes                                         
o   Gelas piala 100 mL                        
o   Erlenmeyer asah 250 mL              
o   Gelas piala 400 mL                         
o   Pipet volume 25 mL                                  
o   Hot plate
o   Pendingin tegak
o   Corong
o   Pengaduk
o   Buret asam 50 mL
o   Statif
o   Labu semprot
o    
Bahan                        :
  • Sampel minyak goreng
  • KOH alcohol 0.5 N
  • HCl 0.0923 N
  • Indicator PP
  • Aaquadest
  • Kertas saring

Prosedur kerja                                  :
1)    Ditimbang  ± 2 gram sampel minyak kemudian dimasukkan kedalam Erlenmeyer asah 250 mL.
2)    Ditambahkan 25 mL KOH alcohol(CH3CH2OH).
3)    Dipanaskan di atas penangas listrik berpendingin tegak selama 30 menit.
4)    Dinginkan Erlenmeyer tersebut dengan suhu kamar.
5)    Setelah dingin, ditambahkan 2-3 tetes indicator phenophtalein (PP).
6)    Dititar dengan HCl yang telah distandarisasi.
7)    Dibuat juga larutan blanko yaitu dengan prosedur yang sama kecuali tanpa bahan lemak atau minyak.

Hasil pengamatan                           :
  Data Sampel
  • Bobot sampel                                                              =          2,0120 gram
  • Volume penitar sampel (a)                                          =          13,30 mL
  • Warna larutan sebelum penambahan indikator (PP)   :           Tak berwarna
  • Warna  larutan setelah penambahan indikator            :           Merah muda
  • Warna larutan setelah titik akhir tercapai                     :           Tak berwarna

Data Blanko
  • Volume penitar blanko (b)                                            =          13,75 mL
  • Warna larutan sebelum penambahan indikator (PP)   :           Tak berwarna
  • Warna  larutan setelah penambahan indikator            :           Merah muda
  • Warna larutan setelah titik akhir tercapai                     :           Tak berwarna

Perhitungan                                     :


Bilangan Penyabunan       =   (b – a) x N.HCl x BE KOH / Bobot sampel
                                          =   (13,75 – 13,30) mL x 0,0923 meq/mL x 56 mg/meq / 2, 0120 garam
                                               =   2,32596 mg / 2,0120 gram
                                          =   1,1560 mg/g


Kesimpulan                                     :           Dari hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa bilangan penyabunan minyak goreng adalah 1,1560 mg/g.

Daftar pustaka                                  :







Tidak ada komentar:

Posting Komentar